Catatan harian: Hari Minggu saat PPKM Darurat
Hari ini, Ahad 22 Agustus 2021
Aku bangun pagi-pagi memasak untuk keluarga. Hari Minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu pada saat sebelum pandemi. Namun saat ini apalagi masa PPKM darurat untuk Jawa dan Bali, Minggu terasa biasa-biasa saja karena sudah genap sebulan ini aku lebih banyak di rumah bersama keluarga.
Hujan tadi malam menyisakan udara dingin pagi ini. Di luar masih ada kabut yang menyelimuti Pegunungan Menoreh, tempat tinggalku. Terasa malas bergerak karena masih dingin. Aku betah berlama-lama duduk di depan tungku untuk menghangatkan tubuh. Aku duduk menghangatkan tubuh di depan tungku sekaligus memasak air untuyk mandi, karena udara dingin sehingga tidak berani pakai air dingin.
Sambil memasak air aku mengambil nira yang tadi diambil oleh suamiku dari pohon kelapa yang berada di pekarangan rumah. Air nira disaring kemudian ditaruh diwajan dan dimasak dengan tungku. Proses memasak nira selama kurang lebih tiga jam. Setelah nira mulai mengental aku angkat dari tungku kemudian diaduk beberapa saat. Aku mengambil cetakan gula kelapa yang terbuat dari batok kelapa. Alkhamdulillah hasil gula kelapa hari ini ada tiga kilogram, biasanya hanya dua kilogram. Banyak sedikitnya gula kelapa yang dihasilkan tergantung cuaca setiap harinya.
Pagi ini aku hanya memasak nasi karena masih ada sisa sayur kemarin sore, masih cukup untuk makan sampai siang. Untuk makan siang mungkin kai tidak perlu makan nasi tetapi cukup gethuk singkong dan talas yang dibuat oleh suamiki setelah mengambil nira. Singkong dan talas yang akan dibuat gethuk direbus dalam nira air kelapa tadi. Setelah empuk singkong dan talas diangkat kemudian ditumbuk menggunakan lumpang kayu. Sambil ditumbuk di dalam lumpang kayu, agar lebih nikmat diberi gula dan parutan kelapa. Setelah semua bahan ditumbuk halus, angkat dan siap dihidangkan. Jadilah gethuk yang rasanya legit dan dijamin nagih.
Siang hari pukul 10.00 WIB ada kabar ada tetangga yang meninggal dunia. Suamiku segera mandi dan bersiap untuk pergi takziah.
Wuryanti
Yogyakarta, 22 Agustus 2021
Comments
Post a Comment