Kiat Menulis Cerita Fiksi

 

Siang ini adalah hari ke 21 Ramdhan. Aku mengikuti kuliah belajar menulis pertemuan ke-13 gelombang 18. Tema yang dibahas yaitu Kiat Menulis Cerita Fiksi. Yang dipaparkan oleh Bapak Sudomo dari Lombok. Saya sangat tertarik dengan tema yang disampaikan oleh Bapak Sudomo ini, karena saya juga seorang penulis fiksi walaupun masih pemula dan perlu banyak belajar.

Mengapa harus menulis fiksi? Menurut Sudomo, alasan mengapa menulis fiksi bagi guru yaitu:

1.       Agar dapat membuat soal AKM (Assesmen Kompetensi Minimum) bagi siswa. Karena salah satu aspek yang dinilai dalam AKM adalah Literasi Teks Fiksi.

2.       Sebagai cara menemukan passion dalam bidang kepenulisan.

3.       Sebagai upaya menyembunyikan dan menyembuhkan diri.

4.       Mengeksplorasi kemampuan menulis.

Cara agar dapat menulis cerita fiksi:

1.       Komitmen dan niat yang kuat

2.       Kemauan dan kemampuan melakukan riset

3.       Banyak membaca cerita fiksi

4.       Mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PEUBI)

5.       Memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi

6.       Menjaga konsistensi menulis

Bentuk dan ciri-ciri cerita fiksi:

1.       Fiksimini, yaitu cerita fiksi yang hanya terdiri dari beberapa kata.

2.       Flash Fiction, yaitu cerita fiksi yang mempunyai jumlah kata khusus. Misalnya 20, 50, atau 100.

3.       Pentigraf, yaitu cerita fiksi yang terdiri dari tiga paragraph.

4.       Cerpen, Yaitu cerita fiksi yang terdiri dari kurang dari 7.500 kata.

5.       Novelet, yaitu cerita fiksi yang terdiri dari 7.500 – 17.500 kata.

6.       Novela, yaitu cerita fiksi yang terdiri dari 17.500 – 40.000 kata.

7.       Novel, yaitu cerita fiksi yang lebih dari 40.000 kata.

 

Ada beberapa unsur pembentuk cerita fiksi, yaitu:

1.       Tema

2.       Premis

3.       Alur/ Plot

4.       Penokohan

5.       Latar/ Setting

6.       Sudut pandang

Dalam menulis harus melalui beberapa proses. Proses kreatif dalam menulis yang paling utama adalah memiliki niat untuk menulis. Yang kedua yaitu membaca, karena dengan membaca kita belajar dari tulisan orang lain. Ketiga adalah ide dan genre, penulis tidak akan bisa menulis tanpa adanya ide yang akan ditulis. Sedangkan genre merupakan jenis tulisan yang dipilih maupun yang dikuasai oleh penulis. Yang keempat adalah outline atau daftar isi. Kelima adalah proses menulis, pada proses tema yang dipilih dikembangkan sesuai dengan dengan outline yang dibuat. Prose keenam yaitu swasunting, dimana tulisan disempurnakan dengan editing. Setelah diedit, proses yang terakhir yaitu memplublikasika tulisan dengan cara mengirim naskah ke penerbit.


Wuryanti

Resume: 12

Gelombang: 18

Tema: Kiat Menulis Cerita Fiksi

Narasumber: Sudomo, S.Pt.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengirim Naskah Buku ke Penerbit

Puisi 35 #Kumandang Takbir

Puisi 19 #Kertas